Sabtu, 07 Februari 2009

Masalah Kesehatan dan Pembangunan Nasional

Derajat kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan kondisi pembangunan nasional khususnya pembangunan sosial ekonomi. Kondisi krisis moneter pada saat ini dikhawatirkan memberi pengaruh terhadap kualitas kesehatan penduduk, bahkan ada penurunan. Namun diharapkan ada perhatian khusus tentang lingkungan hidup dan penduduk yang rentan seperti ibu, bayi, anak , usia produktif dan lansia. Kondisi kesehatan di Indonesia masih memprihatinkan, ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian ibu yaitu 390 dari 100.000 kelahiran hidup, ini lebih tinggi tiga sampai enam kali angka kematian ibu di negara-negara ASEAN. Sementara angka kematian bayi 41 dari 1000 kelahiran hidup, ini lebih tinggi dari Singapura 4 dari 1000 kelahiran hidup dan Malaysia 12 dari 1000 kelahiran hidup. Di samping itu Indonesia juga memiliki penderita tuberculosis nomor tiga di dunia, begitu juga kusta. Belum lagi masalah ketersediaan air bersih atau sanitasi lingkungan. Menurut Sutamihardja (staf ahli Menneg Lingkungan Hidup bidang lingkungan global) dalam dokumen Agenda 21 Global (hasil Konfrensi Rio) disebutkan antara lingkungan, pertumbuhan ekonomi (pembangunan nasional) dan kesehatan, selain memiliki keterkaitan yang erat juga memerlukan upaya intersektoral serta harus berorientasi pada upaya promotif dan prefentif.
Secara empirik, pembangunan nasional (sosial-ekonomi) yang sedang berjalan juga maemiliki kontribusi dalam bidang kesehatan masyarakat. Indikatornya tampak jelas dengan menurunnya angka kematian dan penyakit menular, yang diikuti pula meningkatnya angka harapan hidup. Tetapi di lain fihak, berbagai masalah kesehatan masyarakat baru muncul bertalian dengan urbanisasi, pencemaran, pemukiman penduduk yang berdesakan, gangguan penyakit jantung dan kekurangan gizi selain yang disebutkan di atas. Perkembangan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia mengikuti pola universal, yakni dengan perbaikan sosio ekonomi serta terjadi pertukaran derajat kesehatan masyarakat. Kondisi kesehatan di Indonesia juga memiliki kecenderungan berdimensi lokal.
Percepatan pembangunan sosio ekonomi antar pulau dapat menyebabkan variabilitas derajat kesehatan serta problematika antar pulau dan wilayah. Kesehatan berkaitan erat dengan sosio budaya masyarakat setempat, dan pada hakikatnya dengan berjalannya pembangunan ekonomi di daerah-daerah, maka Indonesia akan menjadi kota pulau yaitu timbulnya perkotaan baru. Salah satu yang dihadapi penduduk perkotaan yang berkaitan dengan bidang kesehatan yaitu kesehatan lingkungan pemukiman, khususnya pemukiman kukuh atau pemukiman yang jauh dari tempat kerja. Mereka menghadpi potensi bahaya kesehatan seperti kurangnya sarana air bersih, timbulnya penyakit menular, pencemaran, kekurangan gizi dan masalah lain yang berkaitan dengan kesehatan.
Dampak yang sangat tidak menguntungkan dari permasalahan kesehatan tersebut memberi kontribusi terhambatnya pembangunan dikarenakan terjadinya penurunan kualitas hidup manusi yang pada akhirnya sumber daya yang diharapkan untuk melaksanakan pembangunan tidak dapat bersaing dengan negara lain dan kualitasnya pun rendah. Penduduk usia produktif tidak dapat melakukan pekerjaannya yang optimal dikarenakan kesehatan dan taraf hidup yang masih rendah. Keadaan tersebut diperparah lagi dengan penurunan proses kegiatan ekonomi masyarakat. Permasalahan status gizi buruk yang diakibatkan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemajuan sumber daya manusia. Status gizi yang buruk terutama pada penduduk yang rentan seperti bayi, anak, ibu dan remaja dapat menyebakan kemunduran kualitas manusianya. Dampak yang terjadi sangat nyata akan terlihat pada masa yang akan datang. Generasi yang diharapkan meneruskan pembangunan nasional akan sulit sekali mendapatkan generasi yang dapat berkarya dan menciptakan teknologi baru untuk kemajuan bangsa. Masalah gizi buruk tersebut juga merupakan masalah kesehatan yang dapat menimbulkan permasalahan lain, seperti rendahnya daya tahan tubuh sehingga mudah sekali untuk terserang penyakit. Pada akhirnya generasi yang akan dating tidak tangguh untuk menghadapi segala persaingan yang global.

Tidak ada komentar: